Kota Kinabalu, Malaysia — Serasa memasuki dunia Atlantis yang biru dan segar, salah satu stand Proyek P5 Fase E SIKK kali ini begitu meriah. Nuansa biru yang digunakan, serta ornamen-ornamen laut yang dipakai dalam aneka karya pelajar menambah kesegaran pengunjung saat menggali informasi yang tertera di dalamnya. Berjejer aneka karya project hasil mereka, seperti mading literasi, pop up book, surat kepada presiden dan meteri, juga cerpen yang menyimpan banyak kisah tentang (Pekerja Migran Indonesia) PMI di seluruh dunia.
Proyek yang dilaksanakan pada Jumat, 7 Februari 2025, yang bertema “Suara Anak PMI di Negeri Jiran” ini menyulap lapangan futsal SIKK menjadi arena ilmu yang disuguhkan dengan ceria kepada para pengunjung. Nuansa warna-warni lainnya, seperti merah muda, kuning, hijau, oranye, dengan berbagai hiasan lainnya pun mewarnai kisah perjalanan PMI dengan segala suka dukanya. Tema ini tentu saja sangat relevan dengan kondisi pelajar SIKK yang notabene kebanyakan adalah anak PMI di Sabah, Malaysia.
Tercatat ada banyak puluhan stand yang menyajikan materi seputar kehidupan nyata para PMI di seluruh dunia. Materi dibagi menjadi beberapa kategori, yakni pendidikan, sosial budaya, ekonomi, Kesehatan, psikologis, hukum dan keamanan, serta hubungan internasional (diplomasi).
Pada kenyataanya, kisah yang dipaparkan pelajar ini tidak seceria penampilan pamerannya. Warna-warni aneka karya seakan menutupi kisah dan cerita hidup PMI yang tidak mudah di luar negeri.
Terlebih kisah anak PMI yang berjuang demi mendapatkan Pendidikan yang layak. Kisah cerita mereka bertemu dengan mimpi yang kuat untuk sukses. Sungguh perpaduan yang ciamik membuat suasana pameran semakin syahdu dan penuh makna.
“ Kami bangga menjadi anak PMI yang mampu menyuarakan aspirasi kami. Kami punya tekad mengubah nasib hidup dengan pendidikan”, ujar Lusia, salah satu pelajar yang turut memaparkan kisah harunya sebagai anak PMI.
Sejatinya, setiap orang punya cerita, dan setiap orang layak didengar, begitu ungkap Zaenal Muttaqin, selaku koordinator proyek P5 fase E ini. Ia berharap bahwa project P5 kali ini mampu merangsang literasi peserta didik tentang latar belakang dirinya selaku anak PMI, merangsang peserta didik untuk mencipta dan berkarya, juga membangkitkan rasa percaya diri mereka selaku anak PMI.
Pameran Sejuta karya Batik Tradisional Indonesia
Keindahan warna-warni pameran kali ini juga dimeriahkan oleh gelar karya batik tradisonal khas Indonesia, hasil Proyek P5 Fase D. Seperti tidak mau kalah, para pelajar SMP kelas 7,8,dan 9, menggelar hasil karya mereka berupa aneka jenis kreasi batik khas Indonesia kreasi sendiri yang sangat memukau. Tercatat sekitar 75 kelompok berhasil memajang aneka rupa kreasi batik tulis, ecoprint, serta jumputan yang menghiasi dinding-dinding lapangan futsal dengan meriah.
Gelar Proyek P5 fase D ini mengambil tema seni batik sebagai warisan budaya. Proyek ini bertujuan memperkuat pemahaman siswa mengenai pentingnya batik sebagai salah satu warisan budaya dan mempelajari nilai-nilai yang terdapat didalamnya sehingga mereka lebih menghargai dan melestarikannya sebagai simbol identitas bangsa.
Kepala sekolah, Sahyuddin mengapresiasi sangat baik pameran karya P5 fase D dan E ini. “Saya berterima kasih kepada seluruh siswa yang bersungguh-sungguh dalam proyek ini. Karya-karya ini semoga dapat memantik kreativitas dan mampu menjadi bekal kesuksesan di masa depan”, ujarnya.
Siswa-siswi sangat terampil menyampaikan paparan mengenai karya batik ciptaannya kepada setiap pengunjung yang datang. “ Tema P5 kali ini tentang batik. Kami mempelajari batik, makna dan filosofi batik dari beberapa daerah, juga kami praktik membuat batik dengan berbagai tekni. Ada Batik Tulis, Batik Ecoprint, dan Batik Jumputan”, tutur Afrina, salah satu siswa kelas 9A.
“ Teknik yang paling sulit adalah ecoprint. Mambuat warna keluar untuk batiknya dengan cara ditumbuk sangat melelahkan. Adapun senangnya adalah ada kebersamaan dalam membuat batik kali ini. Saya pun dapat mengetahui beragam jenis batik Indonesia yang sangat kaya”, imbuhnya.
Dadan Maulana Ramdhan, salah satu kordinator proyek, berharap bahwa melalui proyek ini para pelajar dapat turut melestarikan kearifan lokal Indonesia, memperkuat identitas budaya bangsa, serta berkontribusi dalam pembangunan ekonomi kreatif melalui industri batik.
Tentu saja, gelar karya pameran ini berhasil dengan baik dengan dukungan seluruh guru yang mengajar serta para guru kordinator proyek. Kolaborasi yang baik antara Dadan Maulana Ramdhan, S.Pd., Ayla Yuli Rokhman, S.Pd.,Gr., Fatwa Amalia S.Pd. Gr, dan Zaenal Muttaqin, S.Pd.Gr. membuat pameran berlangsung penuh makna.
Kecerian para pelajar yang melaksanakan pameran ini memberikan bukti bahwa proyek kali ini begitu berkesan bagi mereka. Antusiasme dan kesungguhan mereka dalam memamerkan seluruh karyanya menjadi cerminan keberhasilan dalam menyerap semua ilmu yang dipelajari . (*)