Kota Kinabalu, 5 Mei 2024— Pertemuan sivitas SIKK dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat ahad pagi itu menjadi saksi kehangatan dialog yang coba digagas oleh Kepala Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Sahyuddin, MA TESOL. Semenjak berdirinya SIKK tahun 2008, dialog seperti ini baru pertama kali dibuat.
Dialog ini berupaya untuk membuka pikiran, memperluas pemahaman, dan memperdalam toleransi antarindividu dari berbagai latar belakang keagamaan. Hal ini mengisyaratkan semangat inklusivitas, penerimaan, dan kerjasama dalam menciptakan lingkungan yang harmonis dan berkelanjutan di sekolah.
Kegiatan dialog ini tentu saja mengawali langkah baik terjalinnya dukungan masyarakat demi terciptanya SIKK yang lebih baik sebagai pusat kegiatan belajar masyarakat Indonesia.
Pertemuan bersejarah ini menyoroti urgensi pembangunan fasilitas asrama di sekitar lingkungan SIKK. Dalam rangka menjaga kualitas dan memberikan kesempatan pendidikan kepada seluruh masyarakat, SIKK membutuhkan dukungan serta bantuan dari tokoh-tokoh masyarakat untuk mewujudkan visi tersebut.
“Butuh dukungan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk projek asrama bagi siswa/siswi SIKK yang berasal dari luar kota. Keberadaan asrama ini diharapkan mampu memberikan fasilitas pendidikan yang baik, terutama bagi perkembangan karakter dan moral siswa dengan pemantauan yang baik,” jelas Sahyuddin.
Hal lain yang tak kalah menjadi perbincangan hangat saat itu adalah mengenai pendidikan moral yang menjadi hal penting selain prestasi akademik maupun nonakademik. SIKK dengan segudang prestasi sudah sangat diakui di kancah nasional maupun internasional. Banyak tokoh masyarakat yang berharap pendidikan moral menjadi sorotan dalam peningkatan kualitas SIKK.
“Saat ini, kami membangun tidak hanya sekadar gedung, tetapi juga fondasi yang kokoh bagi pendidikan yang inklusif dan berkualitas. Kami memohon dukungan sepenuhnya dari Bapak/Ibu tokoh masyarakat untuk bersama-sama memajukan SIKK ke depannya,” ujar Pak Yohanis, salah satu tokoh gereja sekaligus pendeta yang turut diundang pada kesempatan tersebut.
Namun, tantangan tidak hanya bersifat infrastruktural. Pandangan dari Pak Anselmus, salah satu tokoh masyarakat, menyoroti kebutuhan akan pengasuhan siswa dari berbagai latar belakang agama, mengingat proporsi siswa Kristen dan Katolik yang banyak, namun jumlah guru yang sesuai agamanya terbatas. “Gerakan orang tua asuh baik dikembangkan tanpa melihat latar belakang agama,” tuturnya.
Sambil menikmati jamuan makan siang dengan menu khas daerah Padang, Kepala sekolah membuka dengan seluas-luasnya topik dialog yang dibicarakan. Disinggung juga dalam dialog mengenai peningkatan kualitas TJJ (pembelajaran jarak jauh), pemerataan siswa CLC (Community Learning Centre) yang diterima di SIKK, sertafasilitas bus untuk siswa yang tinggal di sekitar sekolah untuk kebutuhan ibadah.