SIKK

Catatan dari Sabah: Berlomba Mengejar Cita (Sekilas soal Program Generasi Maju Cinta Tanah Air)

Suasana di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Sabah, pada Kamis-Ahad lalu (2-5/05/2024), cukup ramai. Walau hari libur, Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) terbesar di dunia itu tetap didatangi sekitar 500-an orang dari berbagai tempat di Sabah yang jaraknya sangat jauh. Misalnya dari Tawau, yang jaraknya lebih dari 1000-an km ke Kota Kinabalu (KK) pergi-pulang (12-14 jam sekali jalan dengan kendaraan umum).

Hah? Siapa, sih, mereka? Untuk apa mereka ke sana pada hari libur?

Mereka adalah pelajar Indonesia kelahiran Sabah yang sebentar lagi akan tamat dari jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Didampingi oleh guru-guru andalan, mereka datang ke SIKK untuk berlomba mengejar cita-cita: mengikuti seleksi Program Generasi Maju Cinta Tanah Air –disingkat “Gema Cita”.

Ya. Gema Cita merupakan sebuah program fasilitasi pelayanan pendidikan lanjutan bagi anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia (Sabah dan Sarawak) untuk melanjutkan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang sederajat (Sekolah Menengah Kejuruan [SMK] atau Madrasah Aliyah [MA]) di berbagai sekolah di Indonesia.

Anak-anak PMI yang diberikan pelayanan pendidikan itu adalah mereka yang lahir di Malaysia karena ikut orang tua mereka yang bekerja di ladang-ladang sawit. Pendidikan jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) mereka selesaikan di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) atau di berbagai Community Learning Center (CLC) yang tersebar di Sabah dan Sarawak.

SIKK dan CLC adalah produk dari hasil kerjasama yang baik antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia dalam bidang pendidikan. Mengingat jumlah anak PMI di Sabah dan Sarawak begitu banyak, terutama di ladang-ladang sawit, dan sebagian besar tidak berizin tinggal (visa), mereka akhirnya tidak bisa bersekolah di sekolah-sekolah formal di Malaysia. Karena itu Pemerintah Indonesia (melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Luar Negeri) secara bertahap berinisiatif membentuk SIKK dan CLC.

SIKK diizinkan beroperasi oleh Kerajaan Malaysia pada 1 Desember 2008, sementara CLC diizinkan beroperasi di Sabah mulai 25 November 2011 dan di Sarawak mulai 20 Januari 2016. Secara administratif, SIKK menjadi induk dari semua pengurusan pelayanan pendidikan di CLC di Sabah dan Sarawak. Sistem pembelajaran dan

kurikulumnnya sama seperti yang diberlakukan di Indonesia. Guru-guru profesional juga dikirim dari Indonesia. Sampai Maret 2024, menurut data Divisi CLC SIKK, jumlah total pelajar di SIKK dan CLC 24.506 orang (SIKK: 1231 dari SD-SMA; 217 CLC di Sabah: 21.082 dari SD-SMP; 58 CLC di Sarawak: 2193 dari SD- SMP).

Program Gema Cita secara informal sudah berjalan sejak 2013. Cikal bakalnya muncul dari rasa peduli yang sangat tinggi dari guru- guru SIKK-CLC yang pernah bertugas di Sabah, yang kemudian membentuk sebuah lembaga nirlaba bernama Sabah Bridge (SB). Tujuan awalnya untuk membantu para pelajar alumni SMP SIKK-CLC untuk melanjutkan pendidikan jenjang SMA/SMK/MA di sekolah-sekolah di Indonesia secara mandiri.

Dalam perjalanannya, program ini mendapat sambutan sangat positif dari banyak pihak karena hasil yang dicapai sangat baik.  Terbukti makin banyak pelajar alumni SMP SIKK-CLC yang setiap tahun melanjutkan pendidikan di Indonesia melalui jalur mandiri. Mulai 2017, program ini dikelola dan dikoordinasi secara lebih baik yang melibatkan SB dengan SIKK, Perwakilan RI di Kuala Lumpur dan Sabah. Malah pesertanya makin bertambah dan sebagian dibantu dengan pemberian beasiswa melalui jalur Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem) maupun jalur Yayasan.

Jadi ada tiga jalur pelayanan pendidikan yang difasilitasi. (1) Jalur Adem. Peserta yang lulus seleksi akan diberi beasiswa penuh oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk melanjutkan sekolah sampai tamat di sekolah-sekolah di Indonesia yang sudah ditetapkan; (2) Jalur Yayasan. Beberapa yayasan/lembaga pendidikan di Indonesia yang sudah menjadi mitra SB-SIKK akan menanggung sepenuhnya semua biaya pendidikan (Tipe A). Ada juga beberapa yayasan lain tetapi tidak menanggung sepenuhnya biaya tersebut (Tipe B); dan (3) Jalur Mandiri. Peserta hanya difasilitasi kelengkapan dokumen perjalanan dan kelanjutan sekolahnya tanpa diberikan bantuan beasiswa.

Semasa Covid-19 (2020-2022), program ini tetap berjalan, malah makin melebar dengan keikutsertaan perwakilan dari CLC Sarawak serta disusul Sanggar Belajar (SB) di Semenanjung (Selangor dan Johor Bahru). Penyelenggaraannya juga semakin terkoordinasi lebih baik, melibatkan SIKK, KBRI Kuala Lumpur, KJRI Kota Kinabalu, KJRI Kuching, KRI Tawau dan sekolah- sekolah mitra.

Beasiswa Adem sepenuhnya berasal dari anggaran Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kemendikbudristek RI. Tim panitianya di bawah SIKK dengan nama “Beswan Repatriasi Anak PMI di Malaysia”, yang mulai 2022 bertukar nama menjadi “Generasi Maju Cinta Tanah Air (Gema Cita)”. Slogan program ini cukup heroik: “Kembalilah ke Indonesia Kita….”

Setelah sepuluh tahun berjalan (2013-2023), tercatat sebanyak 3.477 alumni CLC SMP SIKK-CLC yang sudah berhasil diberikan pelayanan pendidikan lanjutan melalui Program Gema Cita Jalur Adem (2.207) dan Jalur Yayasan (1.270). Sebagian dari mereka malah sudah kuliah dan menjadi sarjana di berbagai perguruan tinggi di Indonesia atau di luar negeri, atau bekerja di berbagai tempat.

Pada tahun ini, program serupa kembali diselenggarakan yang diikuti oleh 567 alumni CLC SMP SIKK, CLC dan SB di Malaysia (Sabah 536; Sarawak 22; Semenanjung 9).  Mereka berjuang untuk mencari tempat belajar lanjutan di lebih dari 90-an sekolah tujuan Jenjang SMA/SMK/MA yang tersebar luas di 11 provinsi di Indonesia (Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Bali, Nusa Tenggara Barat, Lampung). Untuk Wilayah Malaysia, kuota beasiswa Adem tahun ini berjumlah 375.

Pihak panitia di Sabah sudah menyusun serangkaian jadwal kegiatan secara rapi: sosialisasi (Desember 2023), pendaftaran (Maret 2024), seleksi & pembuatan paspor (2-5 Mei 2024), pengumuman (17 Mei 2024), pengurusan special pass di Kantor Imigrasi Malasysia (Juni 2024), persiapan keberangkatan (Juni 2024) dan pengantaran/keberangkatan ke sekolah tujuan (Juli 2024).

Pada 2-5 Mei 2024, sebagian besar peserta sudah mengikuti seleksi yang diselenggarakan di Sabah (SIKK) dan Sarawak (CLC Rajawali, Bintulu). Untuk Wilayah Semenanjung (Johor Bahru) akan menyusul. Proses seleksi meliputi kelengkapan dokumen administratif, tes kemampuan literasi dan numerasi, tes psikologi, wawancara dan uji bakat, tes keagamaan dan budi pekerti serta tes kesehatan. Para penguji terdiri dari unsur Guru SIKK, Guru Bina CLC dan Tim dokter profesional. Untuk yang di Sabah, di tengah proses seleksi, semua peserta juga sekaligus memproses penerbitan paspor di KJRI Kota Kinabalu dan KRI Tawau.

Sampai akhir acara, semua peserta terlihat sehat dan tetap semangat, walau pasti penat karena harus menempuh perjalanan yang jauh sangat. Untunglah, selama proses seleksi berjalan, mereka selalu didampingi oleh Guru-guru pendamping dari CLC masing-masing yang tak kalah hebat. Dan di sela-sela acara, sesekali terdengar teriakan heroik yang membuat bulu kuduk merinding: Kembalilah ke Indonesia Kita….

Kota Kinabalu, 05 Mei 2024

Nasrullah Ali Fauzi, Koordinator Penghubung CLC Wilayah Kota Kinabalu, Sabah.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *