Kota Kinabalu, 23 Agustus 2025 – Divisi Bimbingan Konseling Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), sukses menyelenggarakan Smart Parenting dengan tema “Pentingnya Komunikasi Efektif dalam Hubungan Orang Tua dan Anak di Era Teknologi” pada hari sabtu, 23/08/2025. Acara yang digelar di dewan futsal ini menghadirkan narasumber dari kepolisian setempat guna menguatkan pemahaman orang tua tentang hukum dan disiplin di Malaysia, sekaligus membangun sinergi dalam mendidik anak.
Kepala Sekolah Indonesia Kota Kinabalu, Sahyuddin, MA. TSol. dalam sambutannya menekankan bahwa SIKK yang memiliki lebih dari 1.300 siswa dari jenjang PAUD hingga SMK. Sejak berdirinya dari tahun 2008, SIKK menyadari betul kompleksitas pendidikan anak di negeri orang.
“Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara sekolah dan orang tua. Konsistensi antara pola asuh di rumah dan aturan di sekolah adalah kunci mutlak. Kami telah merevisi peraturan sekolah, termasuk mengintensifkan razia gadget, untuk mengantisipasi dampak negatif teknologi seperti konten pornografi dan pergaulan bebas. Partisipasi orang tua yang selama ini sangat baik harus terus ditingkatkan,” tegas Sahyuddin.
Beliau juga mengingatkan tentang perolehan beasiswa tahun 2025 ini yang mencapai 106 siswa SMA dan SMK. Jumlah beasiswa yang banyak dengan berbagai skema ini jangan sampai terlewatkan oleh siswa hanya karena salah pergaulan. Pendidikan yang selama ini kita bangun harus benar-benar menjaga anak agar tetap menyelesaikan studi dan meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi.
Acara kemudian diisi dengan pemaparan dari mitra strategis SIKK, yakni Kepolisian Daerah Kota Kinabalu. SJN Adward Chen dan SJN Teddy Polis Menggatal, Kota Kinabalu memberikan materi penguatan disiplin.
Dalam paparannya, SJN Adward Chen menyampaikan bahwa orang tua memegang peran sentral dan paling utama dalam menanamkan nilai-nilai disiplin kepada anak sejak dini. Kerjasama yang erat antara orang tua dan pihak kepolisian dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan generasi muda.
“Pentingnya peran orang tua dalam membentuk karakter disiplin anak sejak usia dini. Kerjasama antara orang tua dan pihak kepolisian sangat penting dalam menangani masalah disiplin remaja”, papar SJN Adward Chen.
Melalui seminar ini, SIKK berharap dapat memantik kesadaran kolektif untuk bergerak bersama. Kolaborasi yang kuat antara institusi keluarga dan aparat hukum diyakini akan menjadi pondasi kokoh untuk membentuk generasi Malaysia yang tidak hanya disiplin tetapi juga bertanggung jawab dan berintegritas tinggi sehingga dapat berkontribusi positif bagi masa depan bangsa.
Materi berikutnya disampaikan oleh Marni binti Lambongan, Pegawai Psikologi Bahagian Integriti dan Pematuhan Standard IPDKK. Beliau memaparkan tema “Peranan Orang tua dalam Membentuk Remaja yang Berdisiplin dan Patuh Undang-Undang di Malaysia”.
Data Polis Diraja Malaysia (PDRM) 2024 mencatat sekitar 300 kasus pencurian dan penganiayaan oleh remaja menengah, 6.208 kasus bullying, dan 55.855 kasus penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar.
“Ibu bapak adalah pembentuk utama kepribadian anak. Faktor keluarga dan teman sebaya salah satu pemicu utama. Peran orang tua adalah membimbing, berkomunikasi dengan baik, dan menjadi teladan”, ujar Marni.
Pemateri juga menjelaskan secara rinci hukuman bagi perilaku kriminal remaja, termasuk peringatan, denda, hingga penempatan di Sekolah Henry Gurney (sekolah yang didirikan Malaysia berdasarkan Undang-Undang Pengadilan Anak 1947 untuk mengasuh anak yang berusia di bawah 18 tahun) utnuk warga Malaysia. Adapun proses hukum untuk nonwarga negara Malaysia akan diselesaikan dengan melibatkan Jabatan Imigresen serta Kedutaan
Materi inti kedua disampaikan oleh Eko Sugiarto, Guru Bimbingan Konseling SIKK, yang fokus pada pendekatan komunikasi orang tua dan anak. Beliau menggambarkan gadget sebagai pisau bermata dua: sarana kreativitas sekaligus sumber dampak fisik seperti insomnia, psikologis kecemasan, fomo dan kurang pergaulan.
“Solusinya adalah menjadi orang tua digital yang cerdas. Bangun komunikasi yang terbuka dan empati. Dengarkan keluh kesah anak, jangan langsung menghakimi. Jelaskan semua risikonya dengan bijak, bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk memberdayakan,” jelas Eko dengan gamblang.
Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab interaktif, dimana orang tua antusias berkonsultasi langsung dengan para narasumber.(*)