Oleh Nasrullah Ali Fauzi
Tempat itu bernama Gilwell Scouts Nature Park Sandakan. Letak geografisnya di bagian atas Pulau Kalimantan (Borneo) dan secara administratif masuk wilayah Sandakan, Sabah, Malaysia Timur. Sandakan kota terbesar kedua di Sabah setelah Kota Kinabalu. Dari Kota Kinabalu, jarak tempat itu sekitar 350-an km (6-7 jam perjalanan darat) dan dari Tawau jaraknya 320-an km (5-6 jam perjalanan darat).
Pada 16-20 Oktober 2023 lalu, tempat itu sangat bersejarah: menjadi tempat berkumpul sekitar 600-an pramuka Indonesia beserta kakak-kakak pendamping dan pembina dalam Program Jambore Anak Indonesia di Malaysia (JAIM) VII. Semua pesertanya adalah para pelajar Indonesia Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dari berbagai Community Learning Center (CLC) yang tersebar di Wilayah Sabah (Pantai Barat, Pedalaman, Sandakan, Lahad Datu, Kinabatangan, Tawau dll.). Ada juga peserta undangan dari Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) dan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL).
CLC merupakan tempat belajar bagi anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang lahir di Sabah, untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Ini adalah produk dari hasil kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia (G to G) dalam bidang pendidikan yang ditandatangani pada 2011. Di Sarawak, sebuah negeri lain di Malaysia Timur, CLC juga diizinkan beroperasi mulai awal 2016 dengan tujuan yang sama (jenjang SD saja). Sampai kini, menurut data SIKK sebagai sekolah induk, terdapat 238 CLC di Sabah dan 58 CLC di Sarawak, dengan jumlah total muridnya 15.244 pelajar (SD) dan 5118 pelajar (SMP).
JAIM sendiri merupakan sebuah program unggulan bagi semua warga CLC di Sabah yang diselenggarakan dalam bentuk perkemahan besar dan rangkaian kegiatan kepramukaan. Ini kegiatan rutin setiap tahun yang digelar di beberapa tempat di Sabah sejak 2014-2019. Sempat terhenti pada 2020 akibat Covid-19 dan pada tahun ini kembali diselenggarakan.
Gerakan pramuka, seperti dimaklumi, memiliki peran sangat penting bagi pembinaan karakter generasi muda Indonesia dalam upaya memupuk semangat bela negara dan rasa cinta tanah air. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia menetapkan pendidikan kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib di sekolah formal pada jenjang SD, SMP dan SMA/SMK.
JAIM VII dibuka secara resmi pada Selasa pagi, 17 Oktober 2023, oleh Kak Prof. Dr. Muhammad Firdaus, SP., M. Si. (Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur). Dari pihak Indonesia, di antara tamu istimewa yang hadir adalah Kak Mayjen TNI Purn. Dr. Bachtiar, SIP, MAP (Sekretaris Jenderal Kwartir Nasional Gerakan Pramuka), Kak Calderon Dalimunthe (Pelaksana Fungsi Protkons I/Acting Konsul KRI Tawau), Kak Machdaniar Nisfah (Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya KJRI Kota Kinabalu), Kak Wiryawan Prah Utomo (Pelaksana Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya KRI Tawau), Kak Mayor Inf. Edi Joko Yulianto (ILO TNI KRI Tawau) dan semua Koordinator Penghubung CLC Wilayah Sabah.
Sementara tamu dari Malaysia yang ikut hadir antara lain Kak Bacho Bin Tali (Pesuruhjaya Kantor Pusat Pengakap Malaysia), Kak Asp. Mohd Farid Ghani (IPD Sandakan), Kak Lawrance Tan Ken Yee (Timbalan Ketua Pesuruhjaya Pengakap Sabah Bahagian Sandakan), Kak Mahyuddin Bin Mansor (Pesuruhjaya Pengakap Kawasan Sandakan), Kak Hanafie Bin Hamdon (Pesuruhjaya Daerah Sandakan) dan Kak Borhan Tahere (Penolong Pesuruhjaya Daerah Sandakan).
Panitia JAIM VII bersepakat memilih tema “Torang Semua Basudara” (Kita Semua Bersaudara) untuk tahun ini. Menurut ketuanya, Kak Saryanto, persaudaraan menjadi sangat penting untuk ditanamkan ke dalam jiwa semua pelajar CLC di Sabah. “Melalui ikatan persaudaraan yang kuat, diharapkan akan tumbuh dan tertanam rasa cinta terhadap Indonesia dalam diri mereka. Hal ini sangat penting mengingat sebagian besar pelajar CLC lahir di Sabah dan banyak dari mereka yang belum pernah menginjakkan kaki di Tanah Air,” tegasnya.
Adapun jargon JAIM VII adalah senang, inspiratif, agamis dan peduli (SIAP). Melalui jargon ini, setidaknya ingin ditegaskan bahwa kegiatan yang dilakukan dalam suasana keceriaan, mampu menjadi inspirasi bagi peserta dengan tetap menjalanan perintah agama, peduli terhadap sesama dan lingkungan. Semua dikemas dalam bentuk kegiatan yang terdiri dari kegiatan kepramukaan, sains, outbond, permainan tradisional, festival kuliner Nusantara, kerohanian dan kegiatan lain untuk pembimbing.
Upacara pembukaan JAIM VII berjalan cukup khidmat dan meriah. Semua peserta berseragam pramuka dihiasi berbagai jenis dan warna ornamen kultural khas wilayah Timur Indonesia. Walau sinar mentari pada pagi itu cukup panas, mereka tetap semangat dan sangat antusias mengikuti acara yang baru kali pertama mereka ikuti itu.
Bertindak selaku Pembina Upacara adalah Kak M. Firdaus. Menyaksikan langsung suasana saat itu, Atdikbud KBRI Kuala Lumpur itu merasa sangat bangga kepada semua peserta, panitia dan pembimbing atas pelaksanaan kegiatan JAIM. Disampaikannya juga soal tiga hal penting berkaitan dengan kegiataan kepramukaan di Malaysia. Yakni soal etika lingkungan dan tanggungjawab pramuka terhadap perubahan iklim (climate change) secara global, soal nilai kebersamaan dan gotong royong, serta soal nilai-nilai kebersamaan.
“Tema JAIM kali ini sangat menarik dan sesuai dengan kondisi sekarang . Sebagai anak Indonesia yang ada di Sabah khususnya dan Malaysia pada umumnya, mari kita bersama saling membahu dan bekerja sama untuk mencintai Indonesia. Dan karena kita tinggal di Malaysia, sudah selayaknya kita juga menghormati dan menjalin hubungan yang baik dengan warga Malaysia,” tegasnya dalam sambutan peresmian
Sebagai bentuk apresiasi dan pembangkit semangat, Kak Firdaus juga memberikan kabar bahagia: akan memberikan “jalur khusus” berupa beasiswa afirmasi pendidikan menengah (adem) bagi peserta terbaik JAIM VII jika nanti mereka lulus dari CLC SMP di Sabah. “Mohon dicatat, siapa saja yang menjadi peserta terbaik dari kegiatan ini, akan diberikan beasiswa untuk dia melanjutkan sekolah di jenjang SMA/SMK di Indonesia nanti,” katanya yang kontan disambut tepukan tangan dari peserta.
Kakak-kakak Panitia JAIM VII memang sudah merencanakan dan mempersiapkan program tersebut dengan rapi dan matang. Mereka bahkan sudah “berkampung” di sana sejak dua-tingga minggu sebelum hari H, secara bergantian, siang-malam. Tidak heran jika wajah Gilwell Scouts Nature Park Sandakan selama lima hari itu benar-benar menjadi bernuansa Indonesia Timur. Dan selama itu pula, seluruh peserta JAIM VII bisa mengikuti berbagai rangkaian kegiatan dengan perasaan riang gembira.
Salah satunya dialami oleh Fitriyanti, salah seorang peserta dari CLC Lumadan Beaufort. Remaja keturunan Makasar itu sangat gembira bisa mengikuti JAIM VII. Baginya, inilah pengalaman pertamanya ikut perkemahan pramuka yang sarat dengan aktivitas positif, apalagi diselenggarakan di tempat yang jauh dari rumahnya di ladang.
“Asyik banget, Kakak, dapat ikut JAIM VII. Saya jadi dapat banyak pengalaman baru, juga kawan baru yang juga sesama pelajar CLC di Sabah. Pokoknya rugi, deh, kalau tidak ikut. Semoga di tahun depan ada lagi JAIM VIII dan saya sangat ingin ikut di dalamnya,” katanya sumringah.
JAIM VII memang baru saja berlalu, tapi meninggalkan kenangan manis bagi seluruh pesertanya. Juga menimbulkan semangat lebih tinggi untuk merajut dan memperkokoh persaudaraan bagi semua pelajar CLC di Sabah khususnya, juga di Malaysia pada umumnya.
Sayonara dan sampai jumpa di JAIM selanjutnya.***
Kota Kinabalu, 20 Oktober 2023
Nasrullah Ali Fauzi, Koordinator Penghubung CLC Wilayah Sabah-Sarawak
WA: +6019-4895098
Email: nasrulalifauzi@gmail.com
saya sangat bangga,gerakan pramuka adalah pintu awal dari terbukanya persudaraan