Kota Kinabalu, Malaysia— “Ohayou gozaimassu,” suara riang siswa-siswi Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) menyapa kedatangan tamu dari Kinabalu Japanese School (KJS) pada rabu, 5 februari 2025, Sekitar pukul 09.15 WITA. Spontan saja, kepala sekolah, guru, dan siswa KJS menjawab dengan wajah berseri-seri, “ Ohayou gozaimassu. Thank you very much” . Sebuah ungkapan kebahagiaan dari tamu KJS karena diterima dengan baik oleh SIKK.
Acara silang budaya antara SIKK dengan KJS ini tentu saja bukan yang pertama kalinya. Setiap tahunnya, hubungan baik selalu dijaga oleh pihak SIKK, maupun pihak KJS. Semua memiliki komitmen yang sama untuk membina dan memupuk tali persahabatan dengan mengadakan program silang budaya bersama.
Kegiatan ini adalah upaya saling mengenal budaya unik dan khas yang dimiliki masing-masing. Harapannya, para siswa dapat memperluas wawasan dan meningkatkan pemahamannya karena saling bertukar informasi dan pengetahuan. Lebih lanjut, upaya saling mengenal budaya masing-masing ini diharapkan mampu mempererat hubungan diplomatik antar negara.
Kepala SIKK, Bapak Sahyuddin, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kedatangan tamu dari KJS. “We believe, Japan is Our Friend”, ujarnya dalam sesi ucapan selamat datang. Beliau juga memaparkan keberagaman yang ada di Indonesia dengan mencontohkan ikat kepala khas masing-masing daerah, terutama yang dipakai oleh beliau serta yang diberikan secara langsung kepada Watarai Hiroyuki, Kepala sekolah KJS, sesaat sebelum memasuki ruang acara.
Indonesia memiliki berbagai keanekaragaman budaya, agama, adat istiadat, dari berbagai kepulauan yang tersebar di Indonesia”, jelasnya. ” Seperti di SIKK mayoritas siswa berasal dari Bugis, Toraja dan Nusa Tenggara Timur dan dapat hidup dalam suasana toleran dan harmoni.”
Sambutan balasan Kepala KJS juga sangat unik dan menarik. Dengan jenaka, beliau menyampaikan kegembiraannya bisa terus bersahabat dengan Indonesia. Beliau juga menyebutkan pernah mengunjungi Indonesia dengan memperlihatkan tote bag-nya yang bergambar Barong.
Dalam sambutannya, Watarai Hiroyuki memperagakan salah satu adat istiadat orang Jepang yang bernama “Setsubun”. Sebuah budaya tradisi ritual untuk mengusir roh jahat dan mengundang kebahagiaan dan kesehatan setahun berikutnya. Ritual ini biasa dijalankan di bulan Februari dengan ritual yang disebut “mamemaki“ yakni melempar kacang kedelai panggang “fukumame” sambil mengenakan topeng Oni (setan atau makhluk jahat dalam cerita rakyat Jepang).
Keseruan terjadi saat adu main gasing bersama yang dilakukan antar kepala sekolah. Dengan semangat dan keahlian menggunakan gasing, kedua kepala sekolah saling beradu skill memainkan gasing, yang dalam tradisi jepang disebut “koma” atau “koma-uchi”. Bapak Sahyuddin berhasil memenangkan lomba adu gasing itu dengan gemilang. Tentu saja, sorak-sorai siswa-siswi SIKK sangat meriah saat kemenangan tersebut.
Dalam beberapa budaya, permainan gasing dapat dianggap sebagai simbol keberuntungan. Sebagian orang percaya bahwa semakin lama gasing berputar, semakin baik keberuntungan yang akan datang di tahun itu. Itulah kira-kira filosofi permainan “koma” yang sengaja dipersiapkan oleh pihak KJS.
Acara inti dari silang budaya ini adalah penampilan dan aktivitas budaya dari negara masing-masing. SIKK mempersembahkan tarian Dongeng Anak ladang Tiga. Tarian di bawah asuhan Bapak Dwi Kristianto ini ini menceritakan tentang semangat anak-anak yang berasal dari ladang-ladang sawit dalam meraih cita-citanya. Suasana yang ditampilkan dalam tarian ini adalah semangat kegotongroyongan dan keceriaan melalui gerakan tarian melayu yang dikembangkan menjadi tarian kreasi baru.
Sementara itu, pihak KJS menampilkan tarian semangat dengan gerakannya yang sangat sangat dinamis yakni Tarian Yosakoi. Sebuah tarian penyemangat yang khas dengan teriakan “Soran- soran”. Tarian Ini adalah sebuah memotivasi semangat Yosakoi dengan nuansa laut karena gerakan-gerakannya mengadaptasi gerakan nuansa pelaut dan lautan itu sendiri.
Aktivitas yang dilakukan siswa-siswi KJS di SIKK cukup beragam. Disediakan aktivitas membatik dengan mencanting dibawah asuhan Pak dadan maulana Ramdhan dan belajar tarian khas Flores, Dolo-Dolo, yang secara antusias diikuti oleh seluruh siswa-siswi KJS beserta guru-gurunya.
Tak mau kalah, siswa-siswi KJS pun menguji semangat para siswa SIKK dengan melakukan lomba memindahkan kacang kedelai menggunakan sumpit. Lomba antar guru dan siswa ini berjalan dengan penuh semangat dan kegembiraan, semua tertawa riang dengan perlombaan yang cukup menantang motorik halus ini.
Perkenalkan budaya Jepang yakni memindahkan kacang dengan sumpit juga bisa terkait dengan konsep kebersamaan dan kerjasama dalam hubungan. Ini mengingatkan pada pentingnya saling mendukung dan bekerja sama dalam kehidupan bersama. Terakhir, mereka juga memberikan “omiyage” atau kenang-kenangan berupa pembatas buku kepada seluruh siswa dan guru SIKK.
Di sesi akhir acara, beberapa siswa KJS menyampaikan testimoninya dengan menggunakan tiga Bahasa, yakni Jepang, Inggris, dan Melayu terkait kegiatan yang dilakukan. Berturut-turut, tiga siswa itu Bernama Hakuto, Kairi, dan Yuka menyampaikan tentang kegembiraannya bisa melakukan kegiatan silang budaya bersama di SIKK.
Acara berakhir tepat pukul 12.00 siang waktu setempat. Seluruh tamu dari KJS pulang dengan membawa bingkisan yang dipersiapkan panitia sebagai jamuan makan siang.
Proram silang budaya atau kemitraan antara dua sekolah ini bisa terus terselenggara dengan baik dan lancar. Harapannya, melalui kegiatan ini, para siswa dapat memperluas wawasan dan meningkatkan pemahamannya karena saling bertukar informasi dan pengetahuan dari berbagai sumber.