Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) baru saja menjadi tuan rumah kegiatan “Bengkel Puisi Esai” pada Jumat (7/6) waktu Sabah.
Bengkel Puisi Esai sendiri merupakan salah satu rangkaian acara besar dalam “Festival Kesusastraan, Kesenian, dan Puisi Esai antarbangsa Sabah ke-3” yang berlangsung dari 5 sampai dengan 9 Juni 2024. Festival ini diinisiasi oleh Kementerian Pelancongan Seni dan Budaya Malaysia (MOTAC), Kerajaan Negeri Sabah, Badan Bahasa dan Sastra Sabah (BAHASA), Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) Cawangan Sabah, serta Komunitas Puisi Esai ASEAN.
“Kita bersyukur Sekolah Indonesia Kota Kinabalu dilibatkan dalam ajang diplomasi sastra ini, semoga ke depannya akan muncul generasi-generasi penulis sastra yang hebat dari program ini,” ujar Sahyuddin, S.Pd., M.A., (TESOL) selaku Kepala Sekolah Indonesia Kota Kinabalu.
Bengkel ini menghadirkan narasumber dari Indonesia yang terdiri dari tokoh-tokoh ternama di dunia sastra dan seni.
Fatin Hamama, Wakil Presiden Komunitas Puisi Esai ASEAN, memimpin delegasi dan memberikan materi tentang dasar-dasar puisi esai. Adapun Jonminofri, seorang wartawan senior Indonesia, menjelaskan perbedaan puisi esai dengan genre puisi lainnya.
Pada kesempatan selanjutnya, sastrawan peraih Hadiah Sastra Mastera dari Malaysia dan Sunthorn Phu Award dari Thailand, Agus R. Sarjono, mengajarkan teknik menulis puisi esai yang menarik. Dilanjutkan oleh Bambang Isti Nugroho, dramawan dan penulis naskah lakon, yang membawakan materi tentang bagaimana mengadaptasi puisi esai menjadi pagelaran drama atau film.
Dari pihak Malaysia, tampak hadir Datuk Jasni Matlani, Presiden BAHASA sekaligus sastrawan peraih SEA Write Award tahun 2015. Dalam pesannya, beliau menekankan peran penting generasi muda dalam mencintai sastra karena sastra memiliki potensi besar dalam memajukan peradaban dunia.
“Pelajar harus menjadi pelita di antara kegelapan. Dan bukan hanya merutuki kegelapan. Lewat sastra, ideologi ini harus dilakukan,” pungkas Datuk Jasni Matlani.