KOTA KINABALU, MALAYSIA, 5 September 2025 – Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) menyelenggarakan kegiatan pelatihan Operator Data Pokok Pendidikan (Dapodik) bagi Community Learning Center (CLC) jenjang SD dan SMP di wilayah Sabah dan Sarawak, Malaysia. Kegiatan ini digelar secara tatap muka pada 24–30 Agustus 2025 di empat wilayah, yaitu Tawau, Sandakan, Keningau, dan Miri, dengan total peserta 153 operator dari 111 CLC SD dan 42 CLC SMP.
Sejak diterapkan tahun 2017, aplikasi Dapodik telah menjadi instrumen penting dalam pendataan layanan pendidikan di CLC. Data yang dihimpun tidak hanya berfungsi sebagai basis pemantauan penyelenggaraan pendidikan, tetapi juga sebagai acuan dalam penetapan kebijakan dan pemberian bantuan pendidikan bagi CLC. Namun, pergantian guru kontrak dan operator Dapodik, ditambah pembaruan aplikasi setiap tahun, menuntut adanya peningkatan kompetensi bagi para operator.

Pelatihan ini difasilitasi oleh operator Dapodik SIKK yang telah mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) nasional yang diselenggarakan oleh Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek. Melalui pelatihan ini, peserta dibekali materi kebijakan umum Dapodik, pengelolaan data guru dan tenaga kependidikan, pengelolaan data peserta didik, hingga penanganan teknis permasalahan Nomor Induk Siswa Nasional (NISN).
Kepala Sekolah Indonesia Kota Kinabalu, Sahyuddin, menyampaikan “Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan operator dalam menyelesaikan pendataan Dapodik versi terbaru serta memastikan pengelolaan data di setiap CLC lebih akurat, tertib, dan sesuai kebijakan.”
“kegiatan ini juga menjadi wadah konsultasi teknis individu bagi operator CLC sehingga permasalahan data yang kerap muncul, seperti NISN ganda maupun kosong, dapat segera ditangani. Dengan terlaksananya pelatihan ini, diharapkan mutu pendataan pendidikan di CLC semakin terjaga dan dapat mendukung peningkatan kualitas layanan pendidikan bagi anak-anak Indonesia di Sabah dan Sarawak”, imbuhnya dalam sesi sambutan dan arahan.

Pengelolaan Dapodik di CLC menghadapi tantangan yang khas. Pertama, Sumber Daya Manusia (SDM) yang sering berganti mengakibatkan sering terjadinya pergantian personel, termasuk Operator Dapodik yang bertanggung jawab menginput data. Tidak adanya proses serah terima yang terdokumentasi seringkali mengakibatkan hilangnya akses ke akun-akun vital pengelolaan data.
Aspek teknologi juga menjadi kendala. Aplikasi Dapodik terus mengalami pembaruan (update dan patch) dari tahun ke tahun untuk meningkatkan keamanan, fungsi, dan keakuratan data. Pembaruan ini harus diiringi dengan peningkatan kapasitas operator yang menggunakannya.
“Kualitas data Dapodik yang diinput sangat didukung oleh kemampuan Operator Dapodik masing-masing CLC,” jelas Lia Anggraeni, Ketua Panitia Pelatihan dan Pemateri dari SIKK. “Tanpa pelatihan yang berkelanjutan, risiko kesalahan data dan ketertinggalan informasi akan selalu tinggi.”

Kondisi geografis dan infrastruktur juga menjadi kendala. Sebanyak 111 CLC jenjang SD dan 42 CLC jenjang SMP yang tersebar di bawah naungan tiga Perwakilan RI (Konsulat Jenderal RI Kota Kinabalu, Konsulat Jenderal RI Kuching, dan Konsulat RI Tawau) seringkali terkendala jaringan internet yang tidak stabil. Hal ini menyulitkan proses sinkronisasi data dan akses ke laman verval (verifikasi dan validasi), terutama pada periode padat seperti mendekati waktu cut-off data nasional.
Strategi Pelatihan Tatap Muka: Jawaban atas Kebutuhan Riil
Menyadari kompleksnya tantangan tersebut, SIKK menginisiasi pelatihan tatap muka langsung di empat klaster wilayah untuk memastikan pendampingan yang lebih intensif dan personal. Pelatihan daring yang telah dilakukan di tahun-tahun sebelumnya dinilai belum mencapai hasil yang maksimal.
Berikut adalah sebaran dan jumlah peserta pelatihan yang berhasil dikumpulkan:
Wilayah Pelatihan | Operator CLC SD | Operator CLC SMP | Total |
Tawau (24-25 Agustus) | 31 | 22 | 53 |
Keningau (24-25 Agustus) | 34 | 5 | 39 |
Sandakan (26-27 Agustus) | 30 | 15 | 45 |
Miri, Sarawak (29-30 Agt) | 16 | 0 | 16 |
GRAND TOTAL | 111 | 42 | 153 |
“Kami tidak hanya menyampaikan teori, tetapi langsung mempraktikkannya dan melakukan konsultasi individu. Setiap operator kami bimbing untuk membuka dan mengatasi masalah spesifik yang dihadapi oleh CLC mereka masing-masing. Ini adalah langkah coaching clinic yang sangat dibutuhkan,” tutur Nugroho Prima Indra Jaya, sekretaris panitia dan pemateri.

Keberadaan data yang akurat di Dapodik memiliki dampak yang sangat nyata. Data inilah yang digunakan oleh Kemendikbudristek untuk:
- Pemetaan Kebutuhan: Mengetahui jumlah siswa, guru, dan kondisi infrastruktur setiap CLC.
- Penyaluran Bantuan: Menjadi dasar verifikasi untuk penyaluran Bantuan Operasional Sekolah (BOS), tunjangan guru, serta bantuan sarana dan prasarana.
- Penerbitan NISN: Memastikan setiap anak Indonesia mendapatkan identitas pendidikan yang sah dan terhindar dari masalah NISN ganda yang dapat menghambat proses belajar mereka di kemudian hari.
- Perencanaan Kebijakan: Data yang terkelola dengan baik memungkinkan pemerintah membuat kebijakan yang tepat sasaran dan berkelanjutan untuk pendidikan di CLC.
Dari pelatihan ini, muncul beberapa rekomendasi strategis untuk perbaikan ke depan:
- Pelatihan Rutin: Pelatihan operator Dapodik perlu dilakukan secara rutin setiap tahun untuk mengantisipasi pergantian operator dan pembaruan aplikasi.
- Pengarsipan Terpusat: SIKK sebagai induk perlu memiliki arsip terpusat untuk akun-akun vital setiap CLC untuk mencegah kehilangan akses.
- Sosialisasi Dokumen Kewarganegaraan: Perlu sosialisasi yang lebih gencar kepada orang tua/wali murid tentang pentingnya dokumen kependudukan Indonesia (Akte Kelahiran, Kartu Keluarga) untuk memudahkan penerbitan NISN.
- Standardisasi Penerimaan Siswa: Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di CLC harus diperketat dan diselaraskan dengan kebijakan yang berlaku, memprioritaskan anak yang lahir dan besar di Sabah/Sarawak serta memiliki dokumen yang jelas.
Kegiatan ini ditutup dengan komitmen bersama untuk terus bersinergi meningkatkan kualitas data, yang pada ujungnya akan meningkatkan kualitas layanan pendidikan bagi anak-anak Indonesia di negeri jiran. (*)