Setelah sukses dengan dua rangkaian kegiatan pada September dan Oktober 2024, Kegiatan Sepanggar Membaca III menjadi penutup program yang manis. Kegiatan yang diinisiasi oleh Perpustakaan Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), bekerja sama dengan Ikatan Penulis Sabah (IPS) dan Ekstrakurikuler Pustakawan SIKK, ini menghadirkan Ahmadun Yosi Herfanda sebagai narasumber terakhir. Kegiatan ini berlangsung dengan penuh semangat, mempertemukan sastrawan lintas negara dalam suasana kebersamaan.
Penyair yang juga dikenal sebagai wartawan senior ini memberikan materi seputar penulisan puisi kreatif pada Kamis (28/11) di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Sabah, Malaysia. Dalam acara tersebut, sebanyak 18 siswa anggota Ekstrakurikuler Pustakawan SIKK dan lima guru SIKK hadir dan menunjukkan antusiasme tinggi. Mereka tampak mencatat dengan tekun setiap penjelasan yang diberikan oleh Ahmadun, menandakan rasa ingin tahu yang besar terhadap dunia sastra.
Tidak hanya Ahmadun, kegiatan ini juga menghadirkan tokoh-tokoh sastra dan jurnalis dari Indonesia dan Malaysia. Di antaranya, Awang Abdul Muizz, Ketua I Ikatan Penulis Sabah; Hasyuda Abadi, penerima Anugerah Sastera Negeri Sabah Ke-3, yang mewakili Rumah Puisi Rupha; serta dua jurnalis senior, Nasrullah Ali Fauzi dari Indonesia dan Abd Naddin Shaiddin dari Malaysia. Kolaborasi ini mencerminkan semangat literasi yang melintasi batas negara.
Hadir pula Kepala Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Sahyuddin, S.Pd., MA TESOL, yang memberikan sambutan sekaligus menutup rangkaian program Sepanggar Membaca dengan rasa bangga. Dalam sambutannya, ia mengapresiasi kerja sama antara dua negara yang memungkinkan terselenggaranya program ini selama tiga bulan.
“Program ini penuh makna dan dedikasi yang luar biasa dari para inisiatornya. Saya harap kerja sama ini akan terus berkembang di masa depan,” ujar Sahyuddin penuh harap.
Menulis dengan Kejujuran
Sebagai pembicara utama, Ahmadun Yosi Herfanda membagikan pengalamannya dalam proses kreatif menulis puisi. Ia menekankan pentingnya kejujuran dalam menulis. “Untuk awal-awal menulis, teori tidaklah mengikat. Apapun bisa jadi puisi. Bahkan, semut yang berbaris membawa makanan pun bisa menjadi puisi yang indah,” katanya, menginspirasi para peserta.
Lebih lanjut, Ahmadun mengajak para peserta untuk memulai dari hal-hal sederhana di sekitar mereka. Ia memberikan contoh bagaimana sebuah daun yang jatuh dapat menjadi sumber inspirasi. Ia meminta peserta untuk mengamati momen jatuhnya daun atau kelopak bunga, lalu menghubungkannya dengan refleksi kehidupan. Pendekatan ini, menurutnya, akan melatih sensitivitas dan empati seorang penulis.
Ahmadun juga mengajarkan bahwa puisi tidak hanya soal rima atau estetika, tetapi juga kekuatan pesan yang disampaikan. Dalam sesi praktik, peserta diajak mencoba merangkai kata berdasarkan pengamatan mereka sendiri. Beberapa siswa bahkan diberi kesempatan untuk membacakan puisi mereka di hadapan Ahmadun, yang kemudian memberikan masukan positif.
Kolaborasi Sastra yang Inspiratif
Kehadiran penulis dan sastrawan lain, seperti Hasyuda Abadi, memperkaya diskusi dalam kegiatan ini. Hasyuda memberikan pandangannya tentang bagaimana sastra dapat menjadi jembatan budaya antara Indonesia dan Malaysia. Ia menyebut bahwa kolaborasi seperti ini adalah langkah penting untuk mempererat hubungan kedua negara, khususnya di bidang literasi.
Sementara itu, Awang Abdul Muizz membagikan kisah perjalanan Ikatan Penulis Sabah dalam mempromosikan sastra lokal di Malaysia. Ia mengapresiasi program seperti Sepanggar Membaca yang tidak hanya melibatkan siswa, tetapi juga mendekatkan sastrawan kepada generasi muda. “Ini adalah momentum penting untuk menciptakan generasi pembaca dan penulis yang lebih baik,” ujarnya.
Dua jurnalis senior, Nasrullah Ali Fauzi dan Abd Naddin Shaiddin, memberikan perspektif lain tentang pentingnya menulis yang berbasis fakta dan data. Mereka berbagi pengalaman tentang bagaimana kerja jurnalistik dapat bersanding dengan penulisan kreatif untuk menyampaikan kebenaran dengan cara yang menarik.
Puncak dari Program Sepanggar Membaca
Program Sepanggar Membaca, yang berlangsung selama tiga bulan, memang dirancang untuk meningkatkan minat baca dan keterampilan menulis di kalangan siswa SIKK. Dari diskusi buku hingga pelatihan penulisan, program ini berhasil menginspirasi banyak siswa untuk lebih dekat dengan dunia literasi. Kehadiran Ahmadun Yosi Herfanda sebagai narasumber terakhir memberikan penutup yang penuh makna.
Kepala Perpustakaan SIKK, Dadan Maulana Ramdhan, S.Pd. yang menjadi motor penggerak program ini, menyebut bahwa kolaborasi dengan Ikatan Penulis Sabah adalah bukti nyata bahwa literasi dapat mempererat hubungan dua negara serumpun. Ia berharap program ini dapat menjadi tradisi tahunan yang melibatkan lebih banyak peserta dan sastrawan dari berbagai latar belakang.
Semangat Sastra di Kalangan Generasi Muda
Bagi para siswa, kegiatan ini bukan hanya ajang untuk belajar menulis, tetapi juga kesempatan langka untuk bertemu langsung dengan para sastrawan. Salah satu peserta, Nur Azza Marsanda, mengungkapkan bahwa ia merasa lebih percaya diri untuk mencoba menulis puisi setelah mengikuti pelatihan ini.
“Ternyata menulis itu menyenangkan, terutama jika kita menulis dari hati,” katanya.
Sementara itu, guru-guru SIKK juga merasa bahwa kegiatan ini memberikan wawasan baru tentang cara mendekatkan sastra kepada siswa. Salah satu guru yang hadir, Devi, menyebut bahwa pendekatan Ahmadun Yosi Herfanda, yang santai dan inspiratif, membuat siswa lebih mudah memahami esensi puisi.
Harapan untuk Masa Depan
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pemantik semangat bagi siswa SIKK untuk terus mengeksplorasi dunia sastra. Kepala SIKK menutup acara dengan memberikan apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam kesuksesan program ini.
“Semoga program seperti ini bisa terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi sekolah lain,” katanya.
Dengan selesainya Program Sepanggar Membaca III, semangat literasi yang tumbuh di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu diharapkan akan terus menyala, membawa siswa-siswa ini melangkah lebih jauh dalam dunia sastra dan literasi. (*).